Selamat Datang


widgets

Jumat, 15 Agustus 2014

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN



DEFINISI
Istilah pengembangan sistem instruksional (instruksional system development) dan desain instruksional (instrucsional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya (Harjanto, 2008 : 95).

Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut :
1.    Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya dan   praktis bisa  dilaksanakan (Ely, 1979 : 4).
2.    Sistem Intruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker, 1971 : 16). Dengan kata lain bahwa sistem intruksional merupakan tatanan aktifitas belajar mengajar.
3.    Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan tekhnik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979 : 20).
4.    Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional. Semua konsep sistem ini (tujuan, materi, metode, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lai dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut lebih dahulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979 : XXI).
5.    Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya (Carrey 1977 : 6).

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN DESAIN INTRUKSIONAL
A.   Model yang dikembangkan Gagne dan Briggs
Gagne dan Briggs (1974: 212-213) mengemukakan 12 langkah dalam pengembangan desain intruksional sebagai berikut :
1.    Analisis dan identifikasi kebutuhan
2.    Penetapan tujuan umum dan khusus
3.    Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
4.    Merancang komponen dari sistem
5.    Analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c) kendala-kendala.
6.    Kegiatan untuk mengatasi kendala
7.    Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
8.    Merancang prosedur penelitian murid
9.    Uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru.
10.  Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
11.  Evaluasi sumatif
12.  Pelaksanaan operasional
Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat sekolah (KTSP). Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara eksplisit dalam silabus dan RPP.
B.   Model Wong dan Roulerson
Wong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional yaitu :
1.    Merumuskan tujuan
2.    Menganalisis tujuan tugas belajar
3.    Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.
4.    Memilih metode dan media
5.    Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
6.    Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.
C.   Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI
PPSI merupakan singkatan dari prosedur pengembangan sistem intruksional. Istilah sistem instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien (Harjanto, 2008 : 75).  PPSI sebagai salah satu model pengembangan instruksional pernah digunakan sebagai metode penyampaian pembelajaran dalam kurikulum 1975 untuk SD, SMP dan SMU serta dalam kurikulum 1975 untuk sekolaj kejuruan dalam rangka pembaharuan pendidikan. Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu :
a.     Merumuskan tujuan instruksional khusus/kompetensi dasar
b.    Mengembangkan alat evaluasi
c.     Menetapkan kegiatan belajar dan materi pelajaran
d.    Merencanakan program kegiatan
e.     Melaksanakan program
1.    Menyelenggarakan pre-test
2.    Menyajikan materi pelajaran
3.    Menyelenggarakan pos tes
4.    Melakukan revisi//perbaikan
D.   Model J.E. Kemp
Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu :
1.    Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.
2.    Menganalisis karakteristik peserta didik
3.    Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
4.    Menentukan materi pelajaran
5.    Menetapkan penjajagan awal (pre test)
6.    Menentukan strategi belajar mengajar
7.    Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
8.    Mengadakan evaluasi
E.    Model Briggs
Pengembangan desain intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional. Model ini juga sesuai untuk pengembangan program-program latihan jabatan tidak hanya terbatas pada lingkungan program-program akademis saja. Dissamping itu, model tersebut dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah belajar.
Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10 langkah pengembangan yaitu :
1.    Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
       Dalam langkah ini, Brigg membaginya menjadi 4 tahapan kegiatan yaitu a) mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas, b) menentukan prioritas tujuan, c) mengidentifikasi kebutuhan kurikulum baru, dan d) menentukan prioritas remidialnya.
2.    Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3.    Perumusan tujuan
4.    Analisis tugas/tujuan
       Dalam langkah ini perlu diadakan analisis terhadap tiga hal yaitu:
a)    Proses informasi: untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis.
b)    Klasifikasi belajar: untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan
c)    Tugas belajar: untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan beajar mengajar yang sesuai.
5.    Penyiapan evaluasi hasil belajar
6.    Menentukan jenjang belajar
7.    Penentuan kegiatan belajar.
       Penentuan strategi pembelajaran ditinjau dari dua segi yaitu a) dari segi guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran dan b) menurut tim pengembangan pembelajaran.
8.    Pemantauan bersama
9.    Evaluasi formatif
10.  Evaluasi sumatif
F.    Model Gerlach dan Ely
Model pengembangan desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
1.    Merumuskan tujuan instruksional
2.    Menentukan isi materi pelajaran
3.    Menentukan kemampuan awal peserta didik
4.    Menentukan teknik dan strategi
5.    Pengelompokan belajar
6.    Menentukan pembagian waktu
7.    Menentukan ruang
8.    Memilih media intruksional yang sesuai
9.    Mengevaluasi hasil belajar
10.  Menganalisis umpan balik
G.   Model Bela H. Banathy
Menurut Banathy, secara garis besar pengembangan desain intruksional meliputi enam langkah pokok yaitu :
1.    Merumuskan tujuan
2.    Mengembangkan tes
3.    Menganalisis kegiatan belajar
4.    Mendesain sistem intraksional
5.    Melakasanakan kegiatan dan mengetes hasil
6.    Merumuskan tujuan intruksional                 
H.   Model Dick and Carey
Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran menurut Dick and Carey (1937 : 1)  dibagi menjadi 9 tahapan yaitu:
1.    Mengidentifikasi Tujuan Umum Pembelajaran.
2.    Melakukan Analisis Pembelajaran.
3.    Mengidentifikasi tingkahlaku masukan dan karakteristik siswa
4.    Merumuskan tujuan khusus/performans.
5.    Mengembangkan instrumen penilaian.
6.    Mengembangkan strategi pembelajaran.
7.    Mengembangkan materi pembelajaran.
8.    Merancang & Mengembangkan Evaluasi Formatif.
9.         Merevisi Bahan Pembelajaran.
10   Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Summatif

ANALISIS PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN
Sebelum sampai pada analisis empiris terhadap model pengembangan desain pembelajaran yang digunakan pada sekolah-sekolah di Indonesia maka perlu dipahami terlebih dahulu bahwa secara akademis tidak ada suatu model desain pembelajaran yang dapat memberikan resep yang paling ampuh untuk mengembangkan suatu program pembelajaran, karena itu untuk menentukan model desain dalam mengembangkan suatu program pembelajaran tergantung pada pertimbangan si perancang tersebut terhadap model desain yang akan digunakan atau dipilihnya.
Di Indonesia, dari beberapa model yang diuraikan dalam paper ini secara empiris ditemukan bahwa rata-rata menggunakan model desain Dick and Carrey, Model Gagne dan Briggs, Model Brigs dan model PPPSI. Jika dianalisis, kenapa secara faktual para guru cenderung menggunakan odel desain Dick and Carrey misalnya dikarenakan: (1) odel Dick and Carrey terdiri dari 10 langkah di mana setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya, sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lai; (2) kesepuluh langkah pada model Dick and Carrey menunjukkan hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lain; (3) langkah awal pada model Dick and Carrey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu dimana tujuan pengajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembelajaran.
Selanjutnya, model lain yang sering digunakan di Indonesia adalah Model Desain Pembelaajran dari Briggs. Model ini sering digunakan karena pengembangan desain intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional. Model ini juga sesuai untuk pengembangan program-program latihan jabatan tidak hanya terbatas pada lingkungan program-program akademis saja. Disamping itu, model tersebut dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah belajar. Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya.
Kemudian, model berikutnya yang dijadikan sebagai model desain pembelajaran di Indonesia adalah model PPSI. PPSI merupakan singkatan dari prosedur pengembangan sistem intruksional. Istilah sistem instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien (Harjanto, 2008 : 75).  PPSI sebagai salah satu model pengembangan instruksional pernah digunakan sebagai metode penyampaian pembelajaran dalam kurikulum 1975 untuk SD, SMP dan SMU serta dalam kurikulum 1975 untuk sekolaj kejuruan dalam rangka pembaharuan pendidikan.
Selanjutnya model terakhir yang ditemukan yang lagi trend digunakan saat ini adalah model yang dikembangkan oleh Gagne dan Briggs. Sebab, model tersebut merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat sekolah (KTSP). Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara eksplisit dalam silabus dan RPP.







DAFTAR PUSTAKA

Harjanto, 2008,”Perencanaan Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta
Ely, Donal P. 1978,,”Instruksional Design & Development”, New York : Syracuse University Publ.
Baker, Robert L & Richard R Schutz, 1971,”Instructional Product Development”, New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Briggs, Leslie, J. 1979,”Instruksional Design : Prinsiples and Aplication”, Educational Technology Publicatios : Englewood Cliffs, N.J.
Dick, Walter & Carey, Lou. 1937,”The Systematic design of Intrustion”, Boston : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar